IMAM DAN MAKMUM

IMAM: ”Dari Ibnu Umar r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda: Solat berjama’ah itu lebih baik daripada solat sendiri dengan 27 (dua puluh tujuh) derajad.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baiklah, Sekarang kita mulai dengan pembahasan kita. Siapa yang disebut Imam? Imam adalah orang yang memimpin solat, baik solat wajib (fardhu) maupun solat sunat (mafilah). Imam akan selalu diikuti gerak-geriknya dalam solat oleh Jama’ah yang lain.

Syarat-Syarat Seorang Imam Solat

Untuk menjadi seorang Imam harus mempunyai syarat-syarat diantaranya seperti berikut ini :

1. Sihat akal fikirannya, tidak gila atau tidak dalam keadaan mabuk.

2. Lebih fasih bacaannya. Sesuai sabda Rasulullah SAW : ”Jika bertiga maka hendaklah mereka dijadikan Imam salah seorang dari mereka, dan yang lebih berhak diantara mereka untuk menjadi Imam adalah orang yang lebih fasih bacaannya.” (HR. Muslim)

3. Harus laki-laki jika salah satu makmumnya terdapat laki-laki (tidak boleh perempuan menjadi Imam laki-laki)

4. Yang lebih tua umurnya dan atau lebih tampan wajahnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : ”Jika mereka sama bacaannya maka pilihlah yang lebih tua dan jika umurnya sama mereka pilihlah diantara mereka yang lebih tampan (ganteng) wajahnya.” (HR. Baihaqi)

Orang Yang Tidak Harus Menjadi Imam

1. Perempuan bagi makmum laki-laki
2. Khunsa bagi makmum laki-laki
3. Khunsa bagi makmum Khunsa
4. Perempuan bagi makmum Khunsa
5. Orang yang pandai membaca Al-Qur’an menjadi makmum kepada orang yang tidak dapat membaca Al-Qur’an.

Cara Menegur Imam Dalam Solat

Sebagai manusia, Imam dalam solat dapat saja berlaku khilaf dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu didalam syariat Islam sudah diatur tata cara bagaimana menegur Imam dan tata cara menegurnya adalah sebagai berikut:

1. Apabila Imam dalam melakukan gerakan solat salah maka makmum berkewajiban memperbaiki kesalahannya.
2. Cara memperbaiki kesalahan, untuk laki-laki dengan mengucapkan Subhanallah, sedangkan makmum perempuan dengan cara : bertepuk tangan (yakni memukulkan tangan kanannya ketangan kiri bagian atas)

Bagaimana Jika Imam Terbatal Solatnya

Kemudian bagiamana kalau sekiranya didalam solat berjama’ah, Imam secara tidak sengaja mengalami hal yang membatalkan solat, maka makmum yang dibelakangnya (berdiri dibelakang Imam) maju kedepan sebagai pengganti Imam dalam memimpin solat sampai solat selesai.

Perhatikan riwayat yang diceritakan Said bin Mansyur dari Abu Razin yang ertinya: ”Pada suatu hari Ali bin Abu Thalib sedang solat, tiba-tiba keluar darah dari hidungnya. Kemudian ia (Sayyidina Ali bin Abi Thalib) segera menarik tangan seorang makmum dibelakangnya maju kedepan untuk menggantikannya.” (Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam Oleh: Drs. Ahmad Syafi’i Mufid, M.A.)

Pengertian MAKMUM

Makmum adalah orang yang mengikuti Imam dalam solat. Makmum dalam solat berjama’ah hendaknya memiliki perasaan senang dan ikhlas kepada Imam. Untuk menjadi seorang makmum maka diperlakukan syarat-syarat tertentu diantaranya seperti berikut :

1. Makmum wajib niat mengikuti Imam dan Iman disunnahkan berniat menjadi Imam.

Perhatikan Hadist Nabi SAW : ”Sesungguhnya syahnya sesuatu perbuatan tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari)

2. Makmum harus mengikuti segala gerak solat yang dikerjakan oleh Imam, seperti rukuk dan kembali dari rukuk, dengan cara melihat Imam langsung atau melihat makmum yang ada didepannya.

• Perhatikan pula Hadist Muttafaqun ’Alaih ini : Rasulullah SAW bersabda : ”Bahawasanya dijadikannya seorang Imam adalah untuk diikuti maka apabila dia bertakbir, bertakbirlah dan jika rukuk, rukuklah.”
(HR. Muttafaqun ’Alaih.)

3. Tidak boleh mendahului Imam atau melambatkan diri lebih dari dua rukun Fi’li (perbuatan).

4. Laki-laki tidak sah mengikuti Imam perempuan

5. Berada disuatu lingkungan tempat yang sama dan tidak ada batas yang menghalangi antara Imam dan Makmum.

6. Makmum dan Imam hendaklah dalam satu tempat, misalnya dalam satu Masjid atau Mushola, meskipun ini bukan termasuk syarat Jama’ah, tetapi hukumnya sunat karena makmum perlu mengetahui gerakan Imam di depan.

7. Makmum jangan mendahului Imam atau memperlambat diri dengan gerakan solat Imam, seperti Imam belum takbir makmum sudah takbir atau Imam sudah sujud makmum baru rukuk.

8. Makmum dengan Imam hendaklah sama-sama solatnya, apabila solat Ashar dengan solat Ashar. Namun, hal itu untuk mencari keutamaan jama’ah. Tetapi jika tidak bersamaan dengan orang yang solat maktubah (solat fardhu), maka tidak boleh mengikuti (menjadi makmum) dengan orang yang sedang shlat mafilah (sunat).

Seperti orang yang sedang solat Ba’diyah Isya tidak boleh diikuti oleh orang yang akan solat fardhu. Cara memberitahukan bahawa kita sedang solat sunat agar tidak diikuti oleh orang yang akan solat fardhu adalah dengan menghentakkan tangan kanan kita dan kalau melihat kode (hentakan tangan) tersebut hendaknya orang yang berniat menjadi makmum itu mengurungkan niatnya mengikuti untuk (bermakmum) kepadanya. Begitu juga orang yang solat fardhu tidak boleh mengikuti (menjadi makmum) kepada orang yang sedang solat gerhana atau solat jenazah kerana aturannya tidak sama.

Tetapi sebagian Ulama berpendapat orang yang sedang solat sunat (misalnya solat Ba’diyah Isya, dll) boleh diikuti oleh orang yang berniat akan solat fardhu karena aturannya sama. Misalnya kita sedang solat sunat (Ba’diyah Maghrib) tiba-tiba pundak (bahu) kita dicolek (sebagai tanda) seseorang akan mengikuti solat (menjadi makmum) dengan solat kita, boleh saja dan kita tidak usah (tidak perlu) memberi isyarat dengan cara menghentakkan tangan kanan kita. Wallahu a’lam bishawaab!.

9. Makmum tidak boleh mengikuti Imam jika Wudhu Imam tersebut sudah batal atau berhadas, seperti Imam yang buang angin (kentut) atau Imamnya bukan orang Islam.

10. Makmum yang datang terlambat atau masbuk sementara Imam sudah rukuk atau sujud, maka makmum masbuk membaca takbiratul ihram dengan niat mengikuti Imam.

Selanjutnya makmum masbuk mengikuti apa yang sedang dikerjakan oleh Imam. Jika Imam sudah duduk tawaruk (bersimpuh) waktu bertasyahud atau duduk Iftirasy makmum mengikutinya tanpa membaca Al-Fatihah sebab bacaan Al-Fatihah bagi makmum masbuk sudah ditanggung oleh Imam.

Sabda Rasulullah SAW : ”Jikalau kamu datang untuk solat dan kami sedang sujud maka sujudlah, tetapi jangan dimasukkan hitungan. Barangsiapa yang mendapat rukuk bererti ia mendapatkan solat.”
(HR. Abu Daud)

Dengan perkataan lain bahawa kalau makmum masbuk dapat mengikuti rukuk bersama-sama Imam walaupun makmum belum sempat membaca Al-Fatihah, makmum masbuk itu mendapat satu raka’at. Sebaliknya makmum masbuk kalau tertinggal rukuk bersama Imam maka apabila Imam salam, ia berdiri lagi untuk menyelesaikan raka’atnya yang tertinggal.

No comments:

Post a Comment