Saad bin Abi Waqas
Saad lahir dan besar di kota Makkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut yang pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda.
Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianuti masyarakatnya. Ia membenci upacara penyembahan berhala yang menjadi budaya di Makkah saat itu.
Suatu hari dia didatangi Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Saad menemui Muhammad di sebuah bukit dekat Makkah. Pertemuan itu amat berkesan di jiwa Saad yang ketika itu baru berusia 20 tahun.
Ia pun segera menerima undangan Muhammad s.a.w. untuk menjadi salah seorang penganut ajaran Islam yang dibawanya. Saad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Saad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah s.a.w.. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad iaitu dari Bani Zuhrah. Kerana itu Saad juga sering disebut sebagai Saad dari Zuhrah, untuk membezakannya dengan Saad-Saad yang lain.
Namun keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunda Saad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dipujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Saad kembali ke agama lamanya. Namun Saad berkata bahawa meski ia memiliki kecintaan luar biasa kepada ibunya, namun kecintaannya pada Allah s.w.t dan Rasulullah s.a.w jauh lebih besar lagi.
Mendengar kekerasan hati Saad, sang ibu akhirnya menyerah dan makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Saad bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim menghilangkan diri ke bukit jika hendak menunaikan solat. Kaum Quraisy selalu menghalangi mereka dari beribadah.
Saat tengah solat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan ucapan kasar. Kerana kesal dan tidak tahan, Saad bin Abi Waqqas memukul salah seorang orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah s.w.t dalam surat al-Muzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslimin menahan diri. Hanya beberapa dekad kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan serangan terhadap orang kafir. Saad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak pemimpin utamanya.
Saad dijamin Syurga
Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke ufuk dan berkata, “Seorang penghuni surga akan muncul.”
Ketika para sahabat mencari di sekeliling siapa yang dimaksud Nabi, tiba-tiba Sa’ad muncul.
Abdullah bin Amr,menanyakan “rahsia” sehingga mendapat jaminan surga. Sa’ad mengatakan, “Ibadah yang aku kerjakan juga dikerjakan yang lain, kecuali aku tidak pernah menaruh dendam atau berniat jahat terhadap kaum muslimin.”
Ia terlibat dalam perang badar bersama saudaranya yang bernama Umair yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada perang Uhud, bersama Zaid, Saad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah s.a.w setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Saad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Saad juga merupakan salah satu sahabat yang dikurniai kekayaan yang banyak dan digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal kerana keberaniannya dan dermawannya. Saad hidup hingga usianya menjelang 80 puluh tahun. Menjelang wafatnya, Saad meminta puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. ''Kafani aku dengan jubah ini kerana aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,''ujarnya.
Kepahlawan Saad dalam Peperangan Qadisiyyah
Penolakan kaisar Farsi untuk menerima Islam membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan bukan Muslim.
Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan tentara Farsi di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama 3000 pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah berhampiran Hira. Pasukan musuh yang datang untuk menentang pasukan tentera Muslimin, mereka semua berjumlah 120,000 ribu orang dibawah panglima perang kebanggaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, Saidina Umar yang menjadi khalifah saat itu, mengarahkan Saad menulis surat kepada kaisar Farsi, Yazdagird dan Rustum, isi surat itu mengajak meraka menerima agama Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat menemui Yazdagird adalah Nu’man bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Saad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi kepada Rubiy bin Aamir sebagai pembalasan dan penghinaan. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahawa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik iaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Saad bercucuran kerana ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan bukan muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit kerana tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Saad tahu pasti, bahawa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berfikir, Saad akhirnya tahu bahawa ia tetap harus berjuang. Kerana itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad membaca surat Al Anbiya ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang soleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah itu, Saad menukar pakaian kemudian menunaikan solat zuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Farsi. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.
Dimana Saad bin Waqas dikebumikan?
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke China sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahawa Islam masuk ke China melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke China dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahawa Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Quran. Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Quran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad berlayar melalui Samudera Hindi ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang'an atau kini dikenal degan nama Xi'an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalan Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya sesuai dengan ajaran Konfusius.
Namun sang kaisar merasa bahawa kewajiban sembahyang lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu berat baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. Namun begitu ia mengizinkan Saad bin Abi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yi si lan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Ianya teletak di jalan Guang Ta Lu. Mesjid ini terus bertahan melewati berbagai monomen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki beberapa kali. Baru-baru ini masjid ini di perbaiki sekali lagi dengan melibatkan pembesaran ruangan sembahyang apabila pihak pengurusan mesjid membeli sedikit ruang bahagian belakang masjid .
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad s.a.w. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guang ta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta. Ta berarti menara, kerana menurut sejarahnya menara mesjid ini adalah yang tertinggi pada awal pembinaannya berbanding bangunan lain.
Sebahagian percaya bahawa Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya. Makamnya menjadi satu lagi tempat kunjungan pelawat dari seluruh pelusuk dunia. Sampai di Guangzhou adalah tidak rasmi bagi kita orang Islam kalau tidak menjejakkan kaki ke kubur Saad.
Namun sebahagian lagi menyatakan bahawa Saad meninggal di Baqi’ berhampiran Madinah dan dimakamkan dikawasan makam para sahabat. Meskipun tidak diketahui secara pasti di mana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan, namun yang pasti ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di China.
Kalaupun kubur yang ada di China itu bukan kubur Saad bin Abi Waqas tetapi pastinya kubur tersebut adalah kubur seorang berbangsa Arab yang memiliki jasa besar kepada perkembangan Islam di China.
Saad lahir dan besar di kota Makkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut yang pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda.
Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianuti masyarakatnya. Ia membenci upacara penyembahan berhala yang menjadi budaya di Makkah saat itu.
Suatu hari dia didatangi Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Saad menemui Muhammad di sebuah bukit dekat Makkah. Pertemuan itu amat berkesan di jiwa Saad yang ketika itu baru berusia 20 tahun.
Ia pun segera menerima undangan Muhammad s.a.w. untuk menjadi salah seorang penganut ajaran Islam yang dibawanya. Saad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Saad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah s.a.w.. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad iaitu dari Bani Zuhrah. Kerana itu Saad juga sering disebut sebagai Saad dari Zuhrah, untuk membezakannya dengan Saad-Saad yang lain.
Namun keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunda Saad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. Meski dipujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Saad kembali ke agama lamanya. Namun Saad berkata bahawa meski ia memiliki kecintaan luar biasa kepada ibunya, namun kecintaannya pada Allah s.w.t dan Rasulullah s.a.w jauh lebih besar lagi.
Mendengar kekerasan hati Saad, sang ibu akhirnya menyerah dan makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Saad bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim menghilangkan diri ke bukit jika hendak menunaikan solat. Kaum Quraisy selalu menghalangi mereka dari beribadah.
Saat tengah solat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan ucapan kasar. Kerana kesal dan tidak tahan, Saad bin Abi Waqqas memukul salah seorang orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam.
Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah s.w.t dalam surat al-Muzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslimin menahan diri. Hanya beberapa dekad kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan serangan terhadap orang kafir. Saad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak pemimpin utamanya.
Saad dijamin Syurga
Pada suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke ufuk dan berkata, “Seorang penghuni surga akan muncul.”
Ketika para sahabat mencari di sekeliling siapa yang dimaksud Nabi, tiba-tiba Sa’ad muncul.
Abdullah bin Amr,menanyakan “rahsia” sehingga mendapat jaminan surga. Sa’ad mengatakan, “Ibadah yang aku kerjakan juga dikerjakan yang lain, kecuali aku tidak pernah menaruh dendam atau berniat jahat terhadap kaum muslimin.”
Ia terlibat dalam perang badar bersama saudaranya yang bernama Umair yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada perang Uhud, bersama Zaid, Saad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah s.a.w setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka. Saad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Saad juga merupakan salah satu sahabat yang dikurniai kekayaan yang banyak dan digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal kerana keberaniannya dan dermawannya. Saad hidup hingga usianya menjelang 80 puluh tahun. Menjelang wafatnya, Saad meminta puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. ''Kafani aku dengan jubah ini kerana aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini,''ujarnya.
Kepahlawan Saad dalam Peperangan Qadisiyyah
Penolakan kaisar Farsi untuk menerima Islam membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan bukan Muslim.
Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan tentara Farsi di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama 3000 pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah berhampiran Hira. Pasukan musuh yang datang untuk menentang pasukan tentera Muslimin, mereka semua berjumlah 120,000 ribu orang dibawah panglima perang kebanggaan mereka, Rustum.
Sebelum memulai peperangan, Saidina Umar yang menjadi khalifah saat itu, mengarahkan Saad menulis surat kepada kaisar Farsi, Yazdagird dan Rustum, isi surat itu mengajak meraka menerima agama Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat menemui Yazdagird adalah Nu’man bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Saad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi kepada Rubiy bin Aamir sebagai pembalasan dan penghinaan. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahawa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik iaitu surga.
Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Saad bercucuran kerana ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan bukan muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit kerana tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Saad tahu pasti, bahawa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika tengah berfikir, Saad akhirnya tahu bahawa ia tetap harus berjuang. Kerana itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad membaca surat Al Anbiya ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang soleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah itu, Saad menukar pakaian kemudian menunaikan solat zuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Farsi. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.
Dimana Saad bin Waqas dikebumikan?
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke China sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahawa Islam masuk ke China melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke China dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahawa Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Quran. Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Quran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad berlayar melalui Samudera Hindi ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang'an atau kini dikenal degan nama Xi'an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalan Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya sesuai dengan ajaran Konfusius.
Namun sang kaisar merasa bahawa kewajiban sembahyang lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu berat baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. Namun begitu ia mengizinkan Saad bin Abi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yi si lan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Ianya teletak di jalan Guang Ta Lu. Mesjid ini terus bertahan melewati berbagai monomen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki beberapa kali. Baru-baru ini masjid ini di perbaiki sekali lagi dengan melibatkan pembesaran ruangan sembahyang apabila pihak pengurusan mesjid membeli sedikit ruang bahagian belakang masjid .
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad s.a.w. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guang ta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta. Ta berarti menara, kerana menurut sejarahnya menara mesjid ini adalah yang tertinggi pada awal pembinaannya berbanding bangunan lain.
Sebahagian percaya bahawa Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya. Makamnya menjadi satu lagi tempat kunjungan pelawat dari seluruh pelusuk dunia. Sampai di Guangzhou adalah tidak rasmi bagi kita orang Islam kalau tidak menjejakkan kaki ke kubur Saad.
Namun sebahagian lagi menyatakan bahawa Saad meninggal di Baqi’ berhampiran Madinah dan dimakamkan dikawasan makam para sahabat. Meskipun tidak diketahui secara pasti di mana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan, namun yang pasti ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di China.
Kalaupun kubur yang ada di China itu bukan kubur Saad bin Abi Waqas tetapi pastinya kubur tersebut adalah kubur seorang berbangsa Arab yang memiliki jasa besar kepada perkembangan Islam di China.
No comments:
Post a Comment