SALAM: Iaitu satu ucapan dari seseorang Islam kepada saudaranya yang lain dengan maksud mendoakan kesejahteraanya dan keselamatannya. Kata salam dalam Bahasa Arab mempunyai erti keselamatan, kesejahteraan atau kedamaian. Beberapa bentuk lafaz salam yang selalu ducapkan oleh seseorang muslim antaranya adalah;
Ketiga-tiga bentuk salam itu mempunyai makna yang berbeza dan sudah tentu mempunyai markah pahala yaang berbeza juga. Ini dihuraikan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya yang diceritakan oleh;
Imran Bin Hushain r.a menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar: "Sepuluh!" Kemudian datang orang lain yang mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar: "Dua puluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan salam: "Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka Rasulullah SAW menjawab: "Tiga puluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Ini bererti mengucap salam dengan lafaz salam yang lebih sempurna akan mendapat lebih pahala. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wataala dalam al-Qur’an:
Maksudnya: "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." (An Nisaa': 86).
Ucapan yang paling indah di Syurga adalah salam.
MENYEBAR-LUASKAN SALAM
Salam, "Assalamu'alaikum" di mana salah satu maknanya adalah merupakan doa yang sangat baik diberikan kepada sesama muslim. Salam juga menjadi salah satu simbol dan syi'ar Islam. Lebih-lebih lagi salam tidak hanya berbentuk perkataan, tetapi juga untuk mewujudkan salam kedamaian kepada seluruh makhluk Allah swt. Salam kepada orang lapar dan uzur akan mengurangkan kelaparan dan kesakitannya dan sebagainya.
Dalil-Dalil dari:
1. Al Qur'an
Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat" (An Nuur [24]: 27).
Allah SWT berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
2. Hadits
Rasulullah Saw bersabda:"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan solatlah ketika manusia lain tengah (nyenyak) tidur; nescaya kamu akan masuk syurga dengan selamat sejahtera" (At Tirmidzi).
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan: "Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, kerana itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan: "Assalaamu ‘alaikum!" Para Malaikat menjawab: "Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!" Mereka menambah warahmatullaah" (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS:"(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:"Salaaman", Ibrahim menjawab:"Salaamun" ..." (Adz Dzaariyaat [51]: 25).
4. Perilaku Para Sahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang jahit, penjual ubat, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya: "Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bersembang di sini". Abdullah Bin Umar menjawab: "Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!" (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha' dengan sanad sahih).
5. Ucapan Ahli Syurga
Dalil dari firman Allah s.w.t. dalam banyak ayat, antaranya:
Ertinya : “
Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan SALAM. Bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang".“Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.”. (QS Maryam: 62-63).
Ertinya: “Mereka tidak akan mendengar dalam Syurga itu perkataan yang sia-sia dan tiada pula sesuatu yang menyebabkan dosa;” “Mereka hanya mendengar ucapan: SALAM! SALAM! (dari satu kepada yang lain)”. (QS. Al-Waqiah : 25-26)
Ertinya: “Doa ucapan mereka di dalam Syurga itu ialah Maha Suci Engkau dari segala kekurangan wahai Tuhan! Dan ucapan penghormatan mereka padanya ialah: SALAM “Selamat sejahtera”! Dan akhir doa mereka ialah segala puji dipersembahkan kepada Allah yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam!”. (QS. Yunus : 10)
Ertinya: “Sambutan penghormatan yang akan diberi Tuhan kepada mereka semasa menemuiNya (di syurga) ialah ucapan "SALAM" (selamat sejahtera) dan Dia telah menyediakan untuk mereka pahala balasan yang mulia”. (QS. Al-Ahzab : 44)
HUKUM MENGUCAP SALAM DAN MENJAWAB SALAM
1. Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah). Rasulullah SAW bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya" (HR. Abu Daud).
2. Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
3. Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap adalah "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" yang ertinya "semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika beliau tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:"Ini Jibril mengucapkan salam kepada kamu". Maka ‘Aisyah RA menjawab:"Wa ‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a. Assalaamu ‘alaikum
b. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah, atau
c. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seseorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar: "Sepuluh!" Kemudian datang orang lain yang mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar:"Dua puluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan salam: "Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka Rasulullah SAW menjawab: "Tiga puluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan pahala yang dia peroleh.
4. Ucapan Balasan Salam
Sedangkan jawaban salam, minimal setaraf atau setara dengan ucapan salam; dan kalau boleh, malah dilebihkan. Allah Ta'ala berfirman:" Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Sehingga jawaban salam yang disyari'atkan adalah:
a. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam", jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
ADAB MENGUCAP DAN MENJAWAB SALAM
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, iaitu:
1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW:
a. Orang yang berkenderaan memberi salam kepada yang berjalan
b. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d. Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua) (HR. Bukhary).
Itulah urutan salam yang menjadi adab bagi seorang Muslim untuk menyebarkan salam. Sikap dasar seorang Muslim adalah cuba memaklumi orang lain dan tidak meminta untuk dimaklumi. Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk dimaklumi. Misal orang tua sama sekali tidak mahu memberi salam kepada yang lebih muda, dan menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan. Mestinya seorang Muslim tidak terjebak dengan sikap keanak-anakan seperti ini.
2. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam, iaitu sekadar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam dahulu. Rasulullah SAW mengajarkan, justeru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.
Sabdanya:"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?" Rasulullah SAW menjawab:"Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)" (HR. tirmidzi).
3. Menjawab Setara atau Lebih
Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita: "Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Minimal kita harus menjawab: "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah!"
Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawapan yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalnya seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!"
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban:"Wa'alaikum salaam ...!" Harusnya, jawaban itu adalah:"Wa ‘alaikumus salaam ...!" Perbezaan antara keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam bererti keselamatan, sedangkan kata as salaam memiliki makna seluruh keselamatan. Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan seluruh keselamatan. Jawapan "Wa'alaikum salaam ..." mempunyai makna keselamatan atas kalian; sedangkan jawaban "wa ‘alaikumus salaam ..." mempunyai makna seluruh keselamatan atas kalian. Tentu saja jawaban "Wa'alaikum salaam (keselamatan atas kalian)..." tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:"Assalaamu ‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian) ...!"
4. Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya dengan erat. Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau temannya apakah harus menunduk-nunduk?" Jawab Rasulullah SAW: "Tidak!" Tanyanya: "Apakah harus merangkul kemudian menciumnya?" Jawab Rasulullah SAW: "Tidak!" Tanyanya sekali lagi:"Apakah meraih tangannya kemudian menjabatnya?" Jawab Rasulullah SAW: "Ya!" (HR. Muslim).
Selain memiliki nilai keeratan dalam persahabatan (ukhuwwah), jabatan tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka melepaskan jabatan tangannya" (HR. Abu Daud).
Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya; demikian pula sebaliknya. Meskipun dalam masalah ini, Dr. Yusuf Al Qardhawi tidak mengharamkannya secara mutlaq.
5. Berwajah Manis
Yang dimaksud berwajah manis adalah penampilan yang menyenangkan serta senyum yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan Rasulullah SAW ketika seorang Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kalian meremehkan sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis saat bertemu dengan saudaramu" (Al Bukhary).
6. Tidak Memalingkan Wajah
Memalingkan wajah, apapun alasannya, sukar untuk ditafsirkan kecuali sikap meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya, selain salam dan jabat tangan. hendaklah ditambah dengan menatap wajah saudaranya; iaitu tidak memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan tangan menjadi hampa dan hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya:"Dan janganlah kamu memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri" (Luqman [31]: 18).
Namun memalingkan wajah itu hanya terhad kepada lelaki kepada lelaki dan wanita kepada wanita sahaja. Jika sebaliknya, harus juga memandang tetapi hanya untuk sekali pandang sahaja. Pandangan kali kedua untuk yang bukan mahram adalah haram.
7. Suara Yang Sederhana
Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak dengan suara yang berlebihan, tetapi juga tidak terlalu lemah. Minimal orang yang kita ajak berbicara mampu menangkap suara kita, itu sudah cukup. Demikian pula dalam mengucapkan salam; secukupnya saja. Jangan sekali-kali meninggikan suara seolah-olah mahu diajak bergadung, atau dengan garang.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bahagian Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW datang pada waktu malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan sehingga tidak membangunkan orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang terjaga. Dan beliau mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam (HR. Muslim).
8. Tidak mengucapkan ‘Alaikassalaam ( (عليك السلام
Ucapan salam yang dilarang oleh Rasulullah SAW adalah ‘alaikassalaam, kerana kata ‘alaikassalaam adalah salam untuk orang yang telah meninggal. Abu Juray al Hujaimi datang kepada Rasulullah SAW sambil mengucapkan:"'Alaikassalaam, ya Rasulullah!" Maka Rasulullah SAW berkata:"Jangan berkata 'alaikassalaam kerana ‘alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang mati" (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi).
9. Salam kepada Lain Jenis
Laki-laki diperkenankan memberi salam kepada wanita; dan sebaliknya wanita juga diperbolehkan mengucapkan salam kepada laki-laki. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika berjalan melalui sekumpulan wanita. Beliau memberi salam kepada mereka (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Asma' Binti Jazid menceritakan bahawa ketika Rasulullah SAW berjalan di masjid mendadak melihat rombongan wanita tengah duduk, maka beliau melambaikan tangan dengan mengucapkan salam" (HR. At Tirmidzi).
Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani' Binti Abu Thalib RA ketika datang kepada Rasulullah SAW ketika ‘Fathul Makkah’ (penaklukan kota Makkah). Ketikat itu, Rasulullah SAW tengah mandi dan di depannya ada Syaidatina Fatimah. Maka Ummu Hani memberikan salam kepada Rasulullah SAW (HR. Muslim).
Tentu saja, memberikan salam kepada lawan jenis yang bukan mahram dilakukan dengan memperhatikan adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan sampai salam dengan lawan jenis justeru dijadikan sebagai permulaan mendekati perbuatan zina. Misalnya salam anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak tepat. Ada salam sayang, salam mesra, salam rindu dan mungkin ada salam-salam lain yang lebih berbahaya. Padahal salam seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak diharuskan syari’at.
10. Salam kepada Orang Bukan Muslim
Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Bukan Islam. Rasulullah SAW bersabda:"Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani" (HR. Muslim).
Tetapi apabila orang yang hadir di sesuatu majlis telah bercampur antara orang Muslim dengan bukan Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika menghadiri suatu majlis yang bercampurr antara orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka" (HR. Bukhary dan Muslim).
Apabila orang bukan Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari'at adalah: "Wa ‘alaikum!" (Semoga anda juga). Itu saja, tidak perlu dipanjang lagi.
Rasulullah SAW menasihatkan:"Jika orang-orang Ahli Kitab (bukan Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:"Wa ‘alaikum" (HR. Bukhary dan Muslim).
11. Salam kepada Anak-anak
Salam tidak hanya hak bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak pun berhak untuk mendapatkan salam dan membalasnya. Bahkan, kebiasaan menyebarkan salam kepada anak-anak, diharapkan dapat mewarnai akhlaq seseorang ketika menginjak remaja dan dewasa.
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di depan mereka. Kemudian Anas berkata:"Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan Muslim).
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengajar mereka dengan akhlak-akhlak Islami sejak dini.
12. Salam jika Masuk Rumah
Allah SWT memerintahkan kepada Kaum Muslimin untuk meminta ijin dan mengucapkan salam apabila hendak memasuki rumah samada rumah orang lain ataupun rumah sendiri. Firman-Nya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat" (An Nuur [24]: 27).
Demikian pula jika kita memasuki rumah kita sendiri, baik dalam keadaan ada orangnya atau dalam keadaan kosong. Disyari'atkan supaya kita mengucapkan salam. Allah SWT berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
Rasulullah SAW pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik: "Wahai anak, jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkah untuk kamu dan keluargamu" (HR. at Tirmidzi).
13. Kirim Salam Kepada Yang Jauh
Sudah menjadi tradisi di kalangan kita untuk saling berkirim salam kepada saudara kita melalui orang lain. Tetapi ada perilaku yang masih canggung bagi kita untuk berkirim salam, iaitu isi salamnya justeru seringkali tidak tersampaikan. Maka cara berkirim salam adalah sebagai berikut, iaitu melibatkan 3 pihak dan caranya masing-masing:
Pertama, untuk pihak pengirim salam mestinya mengirim salam sekaligus menyebut lafaz salamnya, sebagai mana seseorang yang berkata, "Saya mahu kirim surat kepada si Fulan", maka tentunya dia akan mengambilkan surat tersebut dan diberikan kepada pengirimnya. Maka seorang pengirim salam ketika mengatakan, "Saya kirim salam buat si Fulan" dia harusnya menambahkan, (ورحمة الله وبركاته السلام عليك وعليه ) "Assalaamu ‘alaika wa alaihi warahmtullaahi wabarakaatuh".
Kedua, untuk pihak pembawa salam mestinya menyampaikan salam sekaligus isi salamnya. Sebagaimana Pak Pos yang berkata,"Ada surat untuk Encik" kemudian dia akan menyerahkan surat tersebut kepada orang yang dituju. Demikian pula seorang pembawa salam ketika berkata kepada orang yang dituju, "Si Fulan kirim salam kepada awak" maka salamnya harus disampaikan, ( السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ) "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh".
Ketiga, pihak penerima salam hendaknya membalas salam dari saudaranya sekaligus isinya. Maka seharusnya ketika dia berkata menerima salam dari sahabat atau saudaranya maka dia harusnya berkata, (ورحمة الله وبركاته وعليكم وعليه السلام )"Wa alaikum wa alaihis salaam warahmatullhi wabarakaatuh".
Demikianlah seharusnya tertib cara mengirim salam kepada saudaranya melalui orang lain.
14. Salam Di Kubur
Apabila seseorang itu sampai ke tanah perkuburan, disunatkan memberi salam kepada ahli kubur terlebih dahulu.
Diriwayatkan daripada Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Mutalib bahawa Rasulullah ketika menziarahi tanah perkuburan, Baginda mengucapkan kata-kata yang maksudnya:
“Mudah-mudahan Allah mencurahkan limpah kesejahteraan kepada kamu sekalian wahai penghuni-penghuni kubur daripada kalangan orang mukmin. Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang telah mendahului kami dan orang yang kemudian. Sesungguhnya insyaallah kami akan menyusul kamu sekalian.” (Hadis riwayat Muslim).
Amalan memberi salam ini sebaik-baiknya dilakukan dalam keadaan berdiri di tepi perkuburan dengan membelakangi kiblat dan menghadap ke arah muka ahli kubur yang diziarahi itu.
Lafaz salam kepada ahli kubur secara umumnya adalah sebagaimana berikut: ( السلام عليكم يا أهلَ القبور ) “Assalaamu ‘alaikum yaa ahlal qubuur”. Atau lafaz salam yang khusus misalnya ( السلام عليكم يا أبي ) “Assalaamu ‘alaikum ya abi (wahai ayahku) atau yaa ummi (wahai ibuku)”.
Lafaz yang lebih khusus untuk ahli kubur adalah sebagaimana berikut:
( السلام عليكم دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ, أَنْتُمُ سَّابِقُوْنَ وَنَحْنُ لاَحِقُوْنَ, يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ )
Ini bererti mengucap salam dengan lafaz salam yang lebih sempurna akan mendapat lebih pahala. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wataala dalam al-Qur’an:
Maksudnya: "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." (An Nisaa': 86).
Ucapan yang paling indah di Syurga adalah salam.
MENYEBAR-LUASKAN SALAM
Salam, "Assalamu'alaikum" di mana salah satu maknanya adalah merupakan doa yang sangat baik diberikan kepada sesama muslim. Salam juga menjadi salah satu simbol dan syi'ar Islam. Lebih-lebih lagi salam tidak hanya berbentuk perkataan, tetapi juga untuk mewujudkan salam kedamaian kepada seluruh makhluk Allah swt. Salam kepada orang lapar dan uzur akan mengurangkan kelaparan dan kesakitannya dan sebagainya.
Dalil-Dalil dari:
1. Al Qur'an
Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat" (An Nuur [24]: 27).
Allah SWT berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
2. Hadits
Rasulullah Saw bersabda:"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan solatlah ketika manusia lain tengah (nyenyak) tidur; nescaya kamu akan masuk syurga dengan selamat sejahtera" (At Tirmidzi).
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan: "Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, kerana itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan: "Assalaamu ‘alaikum!" Para Malaikat menjawab: "Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!" Mereka menambah warahmatullaah" (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS:"(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:"Salaaman", Ibrahim menjawab:"Salaamun" ..." (Adz Dzaariyaat [51]: 25).
4. Perilaku Para Sahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang jahit, penjual ubat, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya: "Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bersembang di sini". Abdullah Bin Umar menjawab: "Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!" (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha' dengan sanad sahih).
5. Ucapan Ahli Syurga
Dalil dari firman Allah s.w.t. dalam banyak ayat, antaranya:
Ertinya : “
Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan SALAM. Bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang".“Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.”. (QS Maryam: 62-63).
Ertinya: “Mereka tidak akan mendengar dalam Syurga itu perkataan yang sia-sia dan tiada pula sesuatu yang menyebabkan dosa;” “Mereka hanya mendengar ucapan: SALAM! SALAM! (dari satu kepada yang lain)”. (QS. Al-Waqiah : 25-26)
Ertinya: “Doa ucapan mereka di dalam Syurga itu ialah Maha Suci Engkau dari segala kekurangan wahai Tuhan! Dan ucapan penghormatan mereka padanya ialah: SALAM “Selamat sejahtera”! Dan akhir doa mereka ialah segala puji dipersembahkan kepada Allah yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam!”. (QS. Yunus : 10)
Ertinya: “Sambutan penghormatan yang akan diberi Tuhan kepada mereka semasa menemuiNya (di syurga) ialah ucapan "SALAM" (selamat sejahtera) dan Dia telah menyediakan untuk mereka pahala balasan yang mulia”. (QS. Al-Ahzab : 44)
HUKUM MENGUCAP SALAM DAN MENJAWAB SALAM
1. Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah). Rasulullah SAW bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya" (HR. Abu Daud).
2. Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
3. Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap adalah "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" yang ertinya "semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika beliau tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:"Ini Jibril mengucapkan salam kepada kamu". Maka ‘Aisyah RA menjawab:"Wa ‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a. Assalaamu ‘alaikum
b. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah, atau
c. Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seseorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar: "Sepuluh!" Kemudian datang orang lain yang mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar:"Dua puluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan salam: "Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka Rasulullah SAW menjawab: "Tiga puluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan pahala yang dia peroleh.
4. Ucapan Balasan Salam
Sedangkan jawaban salam, minimal setaraf atau setara dengan ucapan salam; dan kalau boleh, malah dilebihkan. Allah Ta'ala berfirman:" Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Sehingga jawaban salam yang disyari'atkan adalah:
a. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam", jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c. Bila ucapan salam "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
ADAB MENGUCAP DAN MENJAWAB SALAM
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, iaitu:
1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW:
a. Orang yang berkenderaan memberi salam kepada yang berjalan
b. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d. Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua) (HR. Bukhary).
Itulah urutan salam yang menjadi adab bagi seorang Muslim untuk menyebarkan salam. Sikap dasar seorang Muslim adalah cuba memaklumi orang lain dan tidak meminta untuk dimaklumi. Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk dimaklumi. Misal orang tua sama sekali tidak mahu memberi salam kepada yang lebih muda, dan menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan. Mestinya seorang Muslim tidak terjebak dengan sikap keanak-anakan seperti ini.
2. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam, iaitu sekadar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam dahulu. Rasulullah SAW mengajarkan, justeru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.
Sabdanya:"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?" Rasulullah SAW menjawab:"Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)" (HR. tirmidzi).
3. Menjawab Setara atau Lebih
Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita: "Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Minimal kita harus menjawab: "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah!"
Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawapan yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalnya seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!"
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban:"Wa'alaikum salaam ...!" Harusnya, jawaban itu adalah:"Wa ‘alaikumus salaam ...!" Perbezaan antara keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam bererti keselamatan, sedangkan kata as salaam memiliki makna seluruh keselamatan. Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan seluruh keselamatan. Jawapan "Wa'alaikum salaam ..." mempunyai makna keselamatan atas kalian; sedangkan jawaban "wa ‘alaikumus salaam ..." mempunyai makna seluruh keselamatan atas kalian. Tentu saja jawaban "Wa'alaikum salaam (keselamatan atas kalian)..." tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:"Assalaamu ‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian) ...!"
4. Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya dengan erat. Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau temannya apakah harus menunduk-nunduk?" Jawab Rasulullah SAW: "Tidak!" Tanyanya: "Apakah harus merangkul kemudian menciumnya?" Jawab Rasulullah SAW: "Tidak!" Tanyanya sekali lagi:"Apakah meraih tangannya kemudian menjabatnya?" Jawab Rasulullah SAW: "Ya!" (HR. Muslim).
Selain memiliki nilai keeratan dalam persahabatan (ukhuwwah), jabatan tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka melepaskan jabatan tangannya" (HR. Abu Daud).
Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya; demikian pula sebaliknya. Meskipun dalam masalah ini, Dr. Yusuf Al Qardhawi tidak mengharamkannya secara mutlaq.
5. Berwajah Manis
Yang dimaksud berwajah manis adalah penampilan yang menyenangkan serta senyum yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan Rasulullah SAW ketika seorang Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kalian meremehkan sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis saat bertemu dengan saudaramu" (Al Bukhary).
6. Tidak Memalingkan Wajah
Memalingkan wajah, apapun alasannya, sukar untuk ditafsirkan kecuali sikap meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya, selain salam dan jabat tangan. hendaklah ditambah dengan menatap wajah saudaranya; iaitu tidak memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan tangan menjadi hampa dan hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya:"Dan janganlah kamu memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri" (Luqman [31]: 18).
Namun memalingkan wajah itu hanya terhad kepada lelaki kepada lelaki dan wanita kepada wanita sahaja. Jika sebaliknya, harus juga memandang tetapi hanya untuk sekali pandang sahaja. Pandangan kali kedua untuk yang bukan mahram adalah haram.
7. Suara Yang Sederhana
Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak dengan suara yang berlebihan, tetapi juga tidak terlalu lemah. Minimal orang yang kita ajak berbicara mampu menangkap suara kita, itu sudah cukup. Demikian pula dalam mengucapkan salam; secukupnya saja. Jangan sekali-kali meninggikan suara seolah-olah mahu diajak bergadung, atau dengan garang.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bahagian Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW datang pada waktu malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan sehingga tidak membangunkan orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang terjaga. Dan beliau mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam (HR. Muslim).
8. Tidak mengucapkan ‘Alaikassalaam ( (عليك السلام
Ucapan salam yang dilarang oleh Rasulullah SAW adalah ‘alaikassalaam, kerana kata ‘alaikassalaam adalah salam untuk orang yang telah meninggal. Abu Juray al Hujaimi datang kepada Rasulullah SAW sambil mengucapkan:"'Alaikassalaam, ya Rasulullah!" Maka Rasulullah SAW berkata:"Jangan berkata 'alaikassalaam kerana ‘alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang mati" (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi).
9. Salam kepada Lain Jenis
Laki-laki diperkenankan memberi salam kepada wanita; dan sebaliknya wanita juga diperbolehkan mengucapkan salam kepada laki-laki. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika berjalan melalui sekumpulan wanita. Beliau memberi salam kepada mereka (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Asma' Binti Jazid menceritakan bahawa ketika Rasulullah SAW berjalan di masjid mendadak melihat rombongan wanita tengah duduk, maka beliau melambaikan tangan dengan mengucapkan salam" (HR. At Tirmidzi).
Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani' Binti Abu Thalib RA ketika datang kepada Rasulullah SAW ketika ‘Fathul Makkah’ (penaklukan kota Makkah). Ketikat itu, Rasulullah SAW tengah mandi dan di depannya ada Syaidatina Fatimah. Maka Ummu Hani memberikan salam kepada Rasulullah SAW (HR. Muslim).
Tentu saja, memberikan salam kepada lawan jenis yang bukan mahram dilakukan dengan memperhatikan adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan sampai salam dengan lawan jenis justeru dijadikan sebagai permulaan mendekati perbuatan zina. Misalnya salam anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak tepat. Ada salam sayang, salam mesra, salam rindu dan mungkin ada salam-salam lain yang lebih berbahaya. Padahal salam seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak diharuskan syari’at.
10. Salam kepada Orang Bukan Muslim
Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Bukan Islam. Rasulullah SAW bersabda:"Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani" (HR. Muslim).
Tetapi apabila orang yang hadir di sesuatu majlis telah bercampur antara orang Muslim dengan bukan Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika menghadiri suatu majlis yang bercampurr antara orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka" (HR. Bukhary dan Muslim).
Apabila orang bukan Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari'at adalah: "Wa ‘alaikum!" (Semoga anda juga). Itu saja, tidak perlu dipanjang lagi.
Rasulullah SAW menasihatkan:"Jika orang-orang Ahli Kitab (bukan Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:"Wa ‘alaikum" (HR. Bukhary dan Muslim).
11. Salam kepada Anak-anak
Salam tidak hanya hak bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak pun berhak untuk mendapatkan salam dan membalasnya. Bahkan, kebiasaan menyebarkan salam kepada anak-anak, diharapkan dapat mewarnai akhlaq seseorang ketika menginjak remaja dan dewasa.
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di depan mereka. Kemudian Anas berkata:"Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan Muslim).
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengajar mereka dengan akhlak-akhlak Islami sejak dini.
12. Salam jika Masuk Rumah
Allah SWT memerintahkan kepada Kaum Muslimin untuk meminta ijin dan mengucapkan salam apabila hendak memasuki rumah samada rumah orang lain ataupun rumah sendiri. Firman-Nya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat" (An Nuur [24]: 27).
Demikian pula jika kita memasuki rumah kita sendiri, baik dalam keadaan ada orangnya atau dalam keadaan kosong. Disyari'atkan supaya kita mengucapkan salam. Allah SWT berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
Rasulullah SAW pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik: "Wahai anak, jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkah untuk kamu dan keluargamu" (HR. at Tirmidzi).
13. Kirim Salam Kepada Yang Jauh
Sudah menjadi tradisi di kalangan kita untuk saling berkirim salam kepada saudara kita melalui orang lain. Tetapi ada perilaku yang masih canggung bagi kita untuk berkirim salam, iaitu isi salamnya justeru seringkali tidak tersampaikan. Maka cara berkirim salam adalah sebagai berikut, iaitu melibatkan 3 pihak dan caranya masing-masing:
Pertama, untuk pihak pengirim salam mestinya mengirim salam sekaligus menyebut lafaz salamnya, sebagai mana seseorang yang berkata, "Saya mahu kirim surat kepada si Fulan", maka tentunya dia akan mengambilkan surat tersebut dan diberikan kepada pengirimnya. Maka seorang pengirim salam ketika mengatakan, "Saya kirim salam buat si Fulan" dia harusnya menambahkan, (ورحمة الله وبركاته السلام عليك وعليه ) "Assalaamu ‘alaika wa alaihi warahmtullaahi wabarakaatuh".
Kedua, untuk pihak pembawa salam mestinya menyampaikan salam sekaligus isi salamnya. Sebagaimana Pak Pos yang berkata,"Ada surat untuk Encik" kemudian dia akan menyerahkan surat tersebut kepada orang yang dituju. Demikian pula seorang pembawa salam ketika berkata kepada orang yang dituju, "Si Fulan kirim salam kepada awak" maka salamnya harus disampaikan, ( السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ) "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh".
Ketiga, pihak penerima salam hendaknya membalas salam dari saudaranya sekaligus isinya. Maka seharusnya ketika dia berkata menerima salam dari sahabat atau saudaranya maka dia harusnya berkata, (ورحمة الله وبركاته وعليكم وعليه السلام )"Wa alaikum wa alaihis salaam warahmatullhi wabarakaatuh".
Demikianlah seharusnya tertib cara mengirim salam kepada saudaranya melalui orang lain.
14. Salam Di Kubur
Apabila seseorang itu sampai ke tanah perkuburan, disunatkan memberi salam kepada ahli kubur terlebih dahulu.
Diriwayatkan daripada Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Mutalib bahawa Rasulullah ketika menziarahi tanah perkuburan, Baginda mengucapkan kata-kata yang maksudnya:
“Mudah-mudahan Allah mencurahkan limpah kesejahteraan kepada kamu sekalian wahai penghuni-penghuni kubur daripada kalangan orang mukmin. Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang telah mendahului kami dan orang yang kemudian. Sesungguhnya insyaallah kami akan menyusul kamu sekalian.” (Hadis riwayat Muslim).
Amalan memberi salam ini sebaik-baiknya dilakukan dalam keadaan berdiri di tepi perkuburan dengan membelakangi kiblat dan menghadap ke arah muka ahli kubur yang diziarahi itu.
Lafaz salam kepada ahli kubur secara umumnya adalah sebagaimana berikut: ( السلام عليكم يا أهلَ القبور ) “Assalaamu ‘alaikum yaa ahlal qubuur”. Atau lafaz salam yang khusus misalnya ( السلام عليكم يا أبي ) “Assalaamu ‘alaikum ya abi (wahai ayahku) atau yaa ummi (wahai ibuku)”.
Lafaz yang lebih khusus untuk ahli kubur adalah sebagaimana berikut:
( السلام عليكم دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ, أَنْتُمُ سَّابِقُوْنَ وَنَحْنُ لاَحِقُوْنَ, يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ )
"Assalamualaikum dara qaumin mukminin, antumussabiqun wa nahnu lahiquun yaghfirullahu lanaa wa lakum."
(Sejahtera atas kamu penghuni tempat kaum Mukminin. Kamu telah
mendahului dan kami akan menyusul kamu. Semoga Allah mengampuni kami .)
Kemudian tujuilah kubur yang hendak diziarahi itu dan berdiri atau duduk di hadapannya dengan mengadap kepadanya (membelakang kiblat) serta memberi salam kepadanya. Walaupun mayatnya sudah lama dan sudah hancur tetapi yang penting rohnya ada dan tahu siapa yang menziarahinya.
Ini diambil dari sabda Nabi Muhammad saw yang bermaksud: "Sesiapa yang memberi salam kepadaku Allah akan mengembalikan rohku dan akan menjawab salamnya".
Selain itu, disunatkan berdoa dengan cara berpaling ke arah kiblat serta mengangkat kedua-dua belah tangan dan mohon kepada Allah semoga roh ahli kubur dilimpahi dengan rahmat, keselamatan, kesejahteraan dan sebagainya.
15. Menjawab Salam Ketika Solat.
Salam wajib dijawab sebagaimana dalil-dalil yang telah dibawa sebelum ini. Oleh itu jika ada orang yang memberi salam ketika kita sedang solat maka hendaklah dijawab dengan isyarat atau mengangkat tangan sedikit sebagai menandakan kita menjawab salam seseorang yang memberi salam.
MAKNA SALAM
1. Doa
Makna salam adalah doa seorang Muslim kepada saudara seagamanya. Kata "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" mempunyai makna "Semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkat dianugerahkan Allah kepada kalian". Nilai doa dalam kandungan salam ini menjadi salah satu dasar mengapa salam tidak dapat diberikan kepada orang-orang bukan Islam. Kerana doa seorang Muslim kepada bukan Muslim akan tertolak, meskipun ditujukan kepada orang-orang yang dekat dalam kehidupannya. Demikian juga doa Rasulullah SAW tertolak ketika ditujukan kepada bapa saudaranya yang masih kafir, iaitu Abu Thalib. Dan Allah mengingatkan nabi dengan firmanNya:"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk" (Al-Qashash [28]: 56).
Doa seorang Muslim kepada Bukan Muslim adalah doa supaya mereka mendapat petunjuk masuk dalam pangkuan Islam. Demikianlah doa Rasulullah SAW kepada orang Bukan Muslim: "Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, kerana sesungguhnya mereka itu orang yang tidak mengerti" (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An Nadwi). Atau doa Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih kafir: "Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan Islamnya salah satu orang terkasih kepadaMu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin Khaththab".
Demikian pula sebaliknya. Seorang Bukan Muslim tidak mungkin mendoakan seorang Muslim, kerana tuhannya tidak sama. Bagaimana mungkin seorang tuan menggaji seseorang yang bukan pegawainya. Sehingga, bila seorang Bukan Muslim memberi salam kepada kita, cukup kita balas dengan ucapan:"Wa'alaikum (Semoga kamu juga)", tidak lebih dari itu.
Berkat doa dari salam itulah yang menjadikan sahabat mengecilkan nada suara jawapan salam ketika Rasulullah SAW mengucapkan salam kepada penghuni rumahnya. Sampai salam ketiga, barulah mereka menjawab dengan suara keras. Ketika Rasulullah SAW bertanya mengapa hal itu dilakukan oleh mereka, maka dijawab: "Kami ingin mendapatkan do'a dari Rasulullah SAW".
2. Dasar Iman dan Ukhuwwah
Salam merupakan dasar terbentuknya kasih-sayang (ukhuwwah), sedangkan kasih-sayang merupakan salah satu indikasi kedalaman iman. Sehingga dapat disimpulkan bahawa salam merupakan dasar bagi tegaknya iman dan ukhuwwah.
Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk syurga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
3. Syi'ar Universal
Sangat keliru anggapan sebahagian orang yang mengatakan bahawa salam adalah budaya Arab, sehingga diusulkan supaya diganti dengan sapaan biasa atau setempat. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal salam seperti yang kita fahami sekarang. Bila mereka menyapa, mereka akan mengatakan:"Sabaahun Nuur (Selamat pagi)" atau "Masaa'un Nuur (Selamat malam)" dan kemudian akan dijawab "Sabahul Khair" atau "Masaa'ul Khair".
Setelah kedatangan Islam, sapaan ala Arab itu tidak hilang begitu saja. Sapaan itu tetap menjadi sapaan khas dalam Bahasa Arab. Sedangkan sapaan yang sesuai dengan syari'at Islam adalah: "Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh" yang menjadi tradisi bagi Kaum Muslimin. Sehingga bagi orang Arab yang Bukan Muslim tidak memakai salam sebagai sapaan mereka.
Maka sangat keliru mereka yang beranggapan bahawa salam adalah sapaan budaya Arab. Meskipun salam memakai Bahasa Arab. Hakikatnya adalah salam merupakan sapaan khas Islam yang sesuai dengan syari'at dan berpahala apabila mengerjakannya. Sekaligus salam merupakan sapaan yang bersifat universal bagi seluruh Kaum Muslimin sedunia.
Salam seolah-olah kode etik pergaulan antara sesama Muslim. Siapapun dia, di manapun berada, dan bila-bila jua; maka salam adalah sapaan yang menyatukan Kaum Muslimin di seluruh dunia. Itulah syi'ar di antara syi'ar-syi'ar agama Allah yang harus kita agungkan.
Maksud firman Allah: "...Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati" (Al Hajj [22]: 32).
Demikianlah salam dalam kehidupan seorang Muslim. Tidak ada manfaatnya salam, apabila kita tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rujukan:
Hasan Ayyub, Assulukul Ijtima'i
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihn
Sayyid Sabiq, Fiqhus sunnah
(Sejahtera atas kamu penghuni tempat kaum Mukminin. Kamu telah
mendahului dan kami akan menyusul kamu. Semoga Allah mengampuni kami .)
Kemudian tujuilah kubur yang hendak diziarahi itu dan berdiri atau duduk di hadapannya dengan mengadap kepadanya (membelakang kiblat) serta memberi salam kepadanya. Walaupun mayatnya sudah lama dan sudah hancur tetapi yang penting rohnya ada dan tahu siapa yang menziarahinya.
Ini diambil dari sabda Nabi Muhammad saw yang bermaksud: "Sesiapa yang memberi salam kepadaku Allah akan mengembalikan rohku dan akan menjawab salamnya".
Selain itu, disunatkan berdoa dengan cara berpaling ke arah kiblat serta mengangkat kedua-dua belah tangan dan mohon kepada Allah semoga roh ahli kubur dilimpahi dengan rahmat, keselamatan, kesejahteraan dan sebagainya.
15. Menjawab Salam Ketika Solat.
Salam wajib dijawab sebagaimana dalil-dalil yang telah dibawa sebelum ini. Oleh itu jika ada orang yang memberi salam ketika kita sedang solat maka hendaklah dijawab dengan isyarat atau mengangkat tangan sedikit sebagai menandakan kita menjawab salam seseorang yang memberi salam.
MAKNA SALAM
1. Doa
Makna salam adalah doa seorang Muslim kepada saudara seagamanya. Kata "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" mempunyai makna "Semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkat dianugerahkan Allah kepada kalian". Nilai doa dalam kandungan salam ini menjadi salah satu dasar mengapa salam tidak dapat diberikan kepada orang-orang bukan Islam. Kerana doa seorang Muslim kepada bukan Muslim akan tertolak, meskipun ditujukan kepada orang-orang yang dekat dalam kehidupannya. Demikian juga doa Rasulullah SAW tertolak ketika ditujukan kepada bapa saudaranya yang masih kafir, iaitu Abu Thalib. Dan Allah mengingatkan nabi dengan firmanNya:"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk" (Al-Qashash [28]: 56).
Doa seorang Muslim kepada Bukan Muslim adalah doa supaya mereka mendapat petunjuk masuk dalam pangkuan Islam. Demikianlah doa Rasulullah SAW kepada orang Bukan Muslim: "Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, kerana sesungguhnya mereka itu orang yang tidak mengerti" (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An Nadwi). Atau doa Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih kafir: "Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan Islamnya salah satu orang terkasih kepadaMu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin Khaththab".
Demikian pula sebaliknya. Seorang Bukan Muslim tidak mungkin mendoakan seorang Muslim, kerana tuhannya tidak sama. Bagaimana mungkin seorang tuan menggaji seseorang yang bukan pegawainya. Sehingga, bila seorang Bukan Muslim memberi salam kepada kita, cukup kita balas dengan ucapan:"Wa'alaikum (Semoga kamu juga)", tidak lebih dari itu.
Berkat doa dari salam itulah yang menjadikan sahabat mengecilkan nada suara jawapan salam ketika Rasulullah SAW mengucapkan salam kepada penghuni rumahnya. Sampai salam ketiga, barulah mereka menjawab dengan suara keras. Ketika Rasulullah SAW bertanya mengapa hal itu dilakukan oleh mereka, maka dijawab: "Kami ingin mendapatkan do'a dari Rasulullah SAW".
2. Dasar Iman dan Ukhuwwah
Salam merupakan dasar terbentuknya kasih-sayang (ukhuwwah), sedangkan kasih-sayang merupakan salah satu indikasi kedalaman iman. Sehingga dapat disimpulkan bahawa salam merupakan dasar bagi tegaknya iman dan ukhuwwah.
Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk syurga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Mahukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
3. Syi'ar Universal
Sangat keliru anggapan sebahagian orang yang mengatakan bahawa salam adalah budaya Arab, sehingga diusulkan supaya diganti dengan sapaan biasa atau setempat. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal salam seperti yang kita fahami sekarang. Bila mereka menyapa, mereka akan mengatakan:"Sabaahun Nuur (Selamat pagi)" atau "Masaa'un Nuur (Selamat malam)" dan kemudian akan dijawab "Sabahul Khair" atau "Masaa'ul Khair".
Setelah kedatangan Islam, sapaan ala Arab itu tidak hilang begitu saja. Sapaan itu tetap menjadi sapaan khas dalam Bahasa Arab. Sedangkan sapaan yang sesuai dengan syari'at Islam adalah: "Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh" yang menjadi tradisi bagi Kaum Muslimin. Sehingga bagi orang Arab yang Bukan Muslim tidak memakai salam sebagai sapaan mereka.
Maka sangat keliru mereka yang beranggapan bahawa salam adalah sapaan budaya Arab. Meskipun salam memakai Bahasa Arab. Hakikatnya adalah salam merupakan sapaan khas Islam yang sesuai dengan syari'at dan berpahala apabila mengerjakannya. Sekaligus salam merupakan sapaan yang bersifat universal bagi seluruh Kaum Muslimin sedunia.
Salam seolah-olah kode etik pergaulan antara sesama Muslim. Siapapun dia, di manapun berada, dan bila-bila jua; maka salam adalah sapaan yang menyatukan Kaum Muslimin di seluruh dunia. Itulah syi'ar di antara syi'ar-syi'ar agama Allah yang harus kita agungkan.
Maksud firman Allah: "...Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati" (Al Hajj [22]: 32).
Demikianlah salam dalam kehidupan seorang Muslim. Tidak ada manfaatnya salam, apabila kita tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rujukan:
Hasan Ayyub, Assulukul Ijtima'i
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihn
Sayyid Sabiq, Fiqhus sunnah
No comments:
Post a Comment